Lingkungan Perairan Teluk Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara

KONDISI LINGKUNGAN AIR LAUT AKIBAT SEDIMENTASI YANG TINGGI DI TELUK KENDARI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Perairan Teluk Kendari merupakan salah satu aset Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki karakteristik yang unik. Salah satu keunikan yang menjadikan kawasan perairan ini berbeda dengan kawasan lain adalah kondisi fisik yang menyerupai suatu estuaria. Selain keunikan kondisi geografis tersebut, Teluk Kendari merupakan pintu gerbang Kota Kendari maupun Provinsi  Sulawesi Tenggara dari arah laut.

Permasalahan lingkungan yang dihadapi di perairan Teluk Kendari saat ini adalah semakin menurunnya kualitas lingkungan di perairan tersebut. Teluk Kendari merupakan muara dari 13 sungai yang berada di Kota Kendari dan sekitarnya. Hulu sungai tersebut pada umumnya berada di Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan. Teluk Kendari merupakan hilir atau muara dari DAS Wanggu seluas 339,73 km² yang merupakan salah satu DAS terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara. Beberapa persoalan lingkungan yang dihadapi di perairan Teluk Kendari antara lain: 1) Pendangkalan akibat sedimentasi, 2) Kualitas air yang semakin buruk, 3) Penataan kawasan perairan yang masih semrawut akibat kurang teraturnya pembangunan fisik di wilayah daratan, dan 4) Semakin  berkurangnya  ekosistem  mangrove.

Teluk Kendari terletak di tengah Kota Kendari, memiliki luas ±10,84 km² dan memiliki panjang garis pantai ±35,85 km. Secara geografis Teluk Kendari berada pada koordinat 3˚58’3”– 4˚3’11’’LS dan 122˚32’’– 122˚36’’BT. Perairan Teluk Kendari mempunyai sumberdaya hayati dan non hayati yang kaya dan dapat mendukung kegiatan dalam bidang sumberdaya perikanan, maka dalam monitoring lingkungan tersebut, kami sempatkan untuk melakukan kegiatan survei terkait kualitas air laut bersama dengan Universitas Halu Oleo. Monitoring dan pengumpulan data air laut ini perlu dilakukan agar apabila ada perubahan kualitas air  laut yang signifikan dan berdampak negatif, maka dapat diketahui dan dapat diantispasi secara dini.

pH air laut di perairan Teluk Kendari memperlihatkan kisaran nilai pH air laut antara 8,64 – 8,96, ini berarti kondisi pH tidak sesuai untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEPMEN LH) No. 51 Tahun 2004 untuk biota laut (7 – 8,5). Pada umumnya pH air laut tergolong tinggi, karena adanya sistem karbon dioksida dalam air laut mempunyai kapasitas penyangga yang kuat. Tinggi atau rendahnya pH air laut dipengaruhi oleh kandungan senyawa dalam air. Faktor yang mempengaruhi pH air laut yaitu sisa pakan dan sedimen yang mengendap di dasar perairan.

Oksigen Terlarut (DO) di perairan Teluk Kendari memperlihatkan kisaran nilai DO antara 6,57 – 7,29 mg/l, ini berarti kondisi DO berada pada kondisi sesuai untuk biota laut berdasarkan KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut dengan nilai >5 mg/l. Maka perairan Teluk Kendari masuk pada kategori tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan. Salinitas di mulut dan bagian tengah perairan Teluk Kendari memperlihatkan kisaran antara 11,2 – 33,5 %0, ini berarti berada pada kondisi sesuai untuk biota laut dan pada bagian muara sungai berada pada kondisi tidak sesuai untuk biota laut. Kondisi salinitas yang rendah dengan nilai 11,2 sampai 27,3 ‰ di muara DAS Wanggu disebabkan oleh tingginya sedimentasi hasil bawaan dari aliran sungai Wanggu yang bermuara di perairan Teluk Kendari yang menyebabkan pendangkalan dan menutup pertumbuhan kehidupan biota laut yang berada pada perairan tersebut termasuk juga akibat dari pembangunan revitalitas di bagian Timur Teluk Kendari. 
 
Salinitas akan bervariasi secara vertikal dan horizontal tergantung masukan air tawar, air hujan, dan penguapan. Salinitas mempunyai peranan penting dalam kehidupan organism laut dan kelarutan gas di dalam air laut. Kekeruhan perairan di mulut perairan Teluk Kendari memperlihatkan kisaran antara 1,8 – 64,4 ntu, ini berarti nilai kekeruhan di mulut perairan Teluk Kendari berada pada kondisi sesuai untuk biota laut. sedangkan pada bagian muara-muara sungai di Teluk Kendari menunjukan nilai tidak sesuai untuk biota laut dengan nilai kekeruhan <5 ntu. Kondisi kekeruhan perairan tertinggi di muara DAS Wanggu dengan nilai 64,4 ntu, nilai 51,3 ntu yang berlokasi di Selatan Pulau Bungkutoko, nilai 41,6 ntu berlokasi di bagian Tengah Teluk Kendari, dan 33,6 ntu berlokasi di kawasan pembangunan revitalitas. Kekeruhan di sebabkan oleh substrat lumpur berpasir yang teraduk hasil bawaan dari DAS Wanggu yang bermuara di Teluk Kendari yang menyebabkan kekeruhan dan sedimentasi yang sangat tinggi yang dapat menutup pertumbuhan kehidupan biota laut yang berada diperairan Teluk Kendari termasuk juga akibat dari pembangunan revitalitas di bagian Timur Teluk Kendari dan pembangunan dermaga di gerbang masuk Teluk Kendari di pulau Bungkutoko bagian Selatan.

Pada lokasi tersebut dahulunya adalah mangrove yang di konversi menjadi kawasan terbangun untuk pembangunan dermaga. Kekeruhan tersebut juga berdampak sangat besar khususnya terjadinya pendangkalan yang menyebabkan jalur kapal tidak bisa melintas pada Selat Nambo. Selat Nambo adalah selat yang menghubungkan Kecamatan Poasia Kendari dengan pulau Bungkutoko di bagian Tenggara Teluk Kendari (Aprizon Putra, 2017).

Komentar

Postingan Populer