Laporan Metode Isoyhet PETA CH Kota Padang 2007/2008

A. Pendahuluan
Dalam Ilmu Geografi, selain iklim dan cuaca, curah hujan merupakan merupakan unsur terpenting yang wajib dipelajari oleh mahasiswa baik pesebaran dan penghitungannya. Dalam Pratikum Hidrologi Mahasiswa dapat menghitung pasokan air Hujan perwilayah, yang dimana dalam Pratikum kali ini Mahasiswa di haruskan mengumpulkan Data-data Curah hujan perwilayah, yang telah ditentukan.
Curah hujan juga merupakan bagian-bagian terpenting dalam pembelajaran ilmu Geografi terutama Hidrologi, kenapa? Peran hujan sangat penting dalam siklus Hidrologi.
Pada Pratikum Hidrologi kali ini penulis mencoba Menganalisis bagaimana keadaan curah hujan yng ada dikampung halaman penulis yaitu kota Padang dengan judul Analisa Curah Hujan Rata-rata di Kota Padang Wilayah praktikan akan mempelajari cara pengukuran curah hujan wilayah dengan 2 metode, antara lain metode Isoyhet.

B. Tinjauan Pustaka
Metode Isohyet adalah satu Metode yang subjektif dan merupakan Metode yang paling tepat untuk mendapatkan hujan mm pada suatu wilayah. Ketepatan yang dihasilkan adalah bergantung kepada kemahiran untuk memplotkan peta wilayah tersebut.
Besarnya hujan yang dicatat oleh sebuah alat penakar hujan mewakili daerah yang tidak begitu luas, karena itu untuk memperoleh hujan dari suatu wilayah diperlukan alat–alat pengamatan yang cukup jumlahnya sehingga diharapkan diperoleh data yang mewakili dari DAS yang bersangkutan. Tingkat ketelitian ini berkaitan dengan kerapatan/ keakuratan garis isoyhet dan pola penyebaran dari penakar hujan yang dipasang pada DAS tersebut (Anonim, 2008).
Menurut Seyhan (1990) terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya hujan antara lain :
1. Adanya udara yang lembab.
2. Adanya sarana untuk menaikan udara yang lembab
3. Adanya kondensasi di sekitar inti sampai cukup massa untuk jatuh Hujan adalah unsur iklim yang mempunyai variasi besar. Untuk data rekaman yang pendek harus dicek apakah sudah cukup atau tidak dan syah digunakan estimasi yang akan datang.

C. Dasar Teori
Terdapat beberapa metode untuk menentukan handal atau tidaknya data hujan, misalnya untuk menentukan jumlah tahun pengamatan atau mengukur variasi hujan. Untuk mengetes homogenitas data curah hujan digunakan beberapa cara yaitu (Sudira, 1999) :
Perhitungan Hujan wilayah dapat dilakukan dengan metode Isohyets dengan langkah sebagai berikut (Anonim, 2008) :
Dengan cara garis ketinggian hujan yang sama. Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang sama.
Metode ini menggunakan “Isohyet” sebagai garis-garis yang membagi garis pemghubung antar stasiun menjadi daerah-daerah luasan “Faktor dipakai koreksi” yang sebagai dalam perhitungannya.
Pemberian hujan bobot pada stasiun dengan masing-masing dilakukan penggambaran garis Isohyet, sehingga hujan yang terjadi di antara dua buah Isohyet dianggap hujan rata-rata dua garis Isohyet yang mengapitnya.
Cara ini baik, karena “Pengaruh Topografi” tercakup di dalamnya, yaitu dalam penggambaran garis-garis Isohyetnya. Bahkan bisa dianggap sebagai cara yang terbaik, yang memungkinkan seseorang memasukkan ilmu dan pengalamannya dalam menggambarkan garis Isohyet, sehingga pengaruh distribusi hujan dapat dimasukkan.
Cara perhitungannya sama dengan cara “Thiessen”, dengan pengertian:

R = R1 . A1 + R2 . A2 +.........................R8. A8
                             A1 + A2 + A3............
R = R1 . A1 + R2 . A2 +.........................R8. A8
                        A (Luas Wilayah)
Dimana:
 R = Curah hujan daerah
R1. R2. R3 = Curah Hujan tiap titik Pengamatan (Stasiun)
A1. A2. A3 = Bagian daerah yang diwakili tiap titik / garis pengamatan 

Cara Isoyhet ini dapat dilakukan pada daerah yang mempunyai distribusi penakar hujan yang tidak seragam dengan mempertimbangkan luas daerah pengaruh dari masing–masing penakar. Pada cara ini, dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu.
Cara Pengukurannya yaitu :
  • Stasiun penakar diplot pada sebuah Lembaran peta (Kota Padang Skala 1:50.000)
  • Titik penakar hujan terluar saling dihubungkan.
  •  Poting masing-masing garis dengan Interval Curah hujan yang dinginkan (100, 200, 300 atau 500), di sini Penulis meng intervalkan dalam hitungan 200 di semua garis penghubung stasiun.
  • Dari masing-masing stasiun terluar dihubungkan dengan stasiun yang paling dekat, dengan menghitung dengan garis lurus, dengan mencari terlebih curah hujan terbesar untuk diturunkan ke stasiun hujan terendah.
  • Mencari titik tengah tiap-tiap garis penghubung antar stasiun, kemudian menarik garis tegak lurus terhadap garis penghubung pada titik tengah yang diperoleh.
  • Menentukan garis isoyet, yaitu garis yang terbentuk dari hubungan masing-masing titik angka yang sama dengan garis.. Garis isoyhet merupakan batas ketinggian curah hujan yang dipengaruhi oleh penakar hujan.
  • hitung luas daerah yang dibatasi.
  • Kasang (Stasiun terluar)
  • Gunung Nago
  • Teluk Bayur
  • Batu Busuk
  • Simpang Alai
  • Gunung Sariak
  • Tabing
  • Lubuk Paraku 
  • Kertas Minyak 1 Meter
  • Pena Snowman Pen
  • Pensil / Pena
  • Penggaris
  • Rol Sablon 3 Turunan


D. Bahan dan Alat
Bahan
Data Curah Hujan 7 Stasiun Kota Padang

Alat
2. Peta Topografi Kota Padang Skala 1: 50.000 (Keluaran Jantop TNI AD) 
E. Pengolahan Data
Hujan Rata-rata untuk suatu Daerah dapat dihitung dengan:
a. Cara Metode Isoyhet
Jika titik-titik didaerah pengamatan didalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan.

R = R1 . A1 + R2 . A2 +.........................R8. A8
                             A1 + A2 + A3............

R = R1 . A1 + R2 . A2 +.........................R8. A8
                        A (Luas Wilayah)

Dimana:
R = Curah hujan daerah
R1. R2. R3 = Curah Hujan tiap titik Pengamatan (Stasiun)
A1. A2. A3 = Bagian daerah yang diwakili tiap titik / garis pengamatan

Bagian-bagian daerah A1, A2,.............A8. Ditentukan dengan cara sebagai berikut:
• Cantumkan titik atau simbol pengamatan didalam dan disekitar daerah itu pada peta Topografi, kemudian dihubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus. Dengan demikian akan tergaris seluruh garis penghubung stasiun dengan interval yang ditentukan.
• Daerah yang bersangkutan itu dibagi dengan masing-masing garis interval (200) yang didapat dari penggenapan angka curah hujan dari stasiun yang terendah yang berhubungan dengan stasiun curah hujan tertinggi dengan Ploting peta topografi dengan menggambar garis bagi tegak lurus pada setiap sisi segitiga tersebut diatas. Curah hujan tiap-tiap garis isoyhet dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam tiap garisoenghubung antar stasiun.
Cara Isoyhet ini memberikan hasil yang lebih langkah pengerjaannya sama dengan Cara Thieseen. Akan tetapi penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain umpamanya untuk penentuan kembali segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.

Lembar Kerja : Metode Isoyhet

Kasang (Kec. Batang Anai, Kab. Padang Pariaman) = 4.772.55
Gunung Sariak (Kec. Kuranji, Kota Padang) = 3.400.5

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 4.772.55 – 2.100 = Interval 200 = 20.5 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 4.772.55 – 2.025.75

Gunung Nago (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.996.5
Stasiun Meteorologi Tabing (Kec.Nanggalo, Kota Padang) = 2.025.75

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.996.5 – 2.100 = Interval 200 = 18 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.996.5 – 2.025.75

Gunung Nago (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.996.5
Gunung Sariak (Kec. Kuranji, Kota Padang) = 3.400.5

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.996.5 – 3.500 = Interval 200 = 9 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.996.5 – 3.400. 5

Gunung Nago (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.996.5
Simpang Alai (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.413.5

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.996.5 – 3.500 = Interval 200 = 5 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.996.5 – 3.413. 5

Gunung Nago (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.996.5
Batu Busuak (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.507

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.996.5 – 3.700 = Interval 200 = 6 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.996.5 – 3.507

Gunung Nago (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.996.5
Maritim Teluk Bayur (Kec. Bungus Teluk Kabung, Kota Padang) = 3.837.3

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.996.5 – ? = Interval 200 = 22 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.996.5 – 3.837.3

Gunung Sariak (Kec. Kuranji, Kota Padang) = 3.400.5
Batu Busuak (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.507

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.400.5 – ? = Interval 200 = 11 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.400.5 – 3.507

Batu Busuak (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.507
Simpang Alai (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.413.5

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.507 – ? = Interval 200 = 7.5 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.507 – 3.413.5

Maritim Teluk Bayur (Kec. Bungus Teluk Kabung, Kota Padang) = 3.837.3
Stasiun Meteorologi Tabing (Kec.Nanggalo, Kota Padang) = 2.025.75

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.837.3 – 2.100 = Interval 200 = 27 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.837.3 – 2.025.75

Batu Busuak (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.507
Lubuk Paraku (Kec. Lubuk Kilangan, Kota Padang) = 1.570

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.507 – 1.600 = Interval 200 = 15 cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.507 – 1.570

Simpang Alai (Kec. Pauh, Kota Padang) = 3.413.5
Lubuk Paraku (Kec. Lubuk Kilangan, Kota Padang) = 1.570

d Ab = Angka tertinggi – Angka di cari = 3.413.5 – 1.600 = Interval 200 = 16.5cm
n Angka tertinggi – Angka di cari 3.413.5 – 1.570

                                       

Komentar

IRWAN KURNIAWAN mengatakan…
Slamat Pagi Bung!
gini bung, soal penyediaan Peta Topografi Kota Padang Skala 1: 50.000 Jantop TNI AD, gimana caranya?
apa bung punya link untuk download peta tersebut, atau bung bersedia tukar2 data krn lokasi saya juga dpdng. mohon bantuannya!
sukses buat blognya bung.
(085669070667)