Agroekologi Pertanian Berkelanjutan

Agroekologi/Agrolandscape/Pertanian Berkelanjutan

Aprizon Putra, S.Pd, M.Si


Agroekologi adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk produksi pertanian. Dalam penerapannya, diharapkan dengan Agroekologi, ahli pertanian diharapkan mampu mendefinisikan sifat  agroekosistem yaitu produktivitas, stabilitas, keberlanjutan dan keseimbangan dan  menerapkannya secara terintegrasi pada lahan tanam terutama diwilayah tropika. Dalam praktek di lapangan konsep agroekologi adalah upaya mencari bentuk pengelolaan sumberdaya lahan permanen, baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi pertanian dan kehutanan secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki kondisi lahan atau lingkungan. Dengan demikian konsep Agroteknologi mencakup aspek struktur ekosistem (structural attribute of ecosystem), yaitu jenis dan susunan tanaman/komoditasnya. Selain aspek struktur ekosistem, konsep Agroteknologi juga  mencangkup aspek fungsi ekosistem (functional attribute of ecosystem) yaitu produktivitas, kelestarian dan perbaikan lahan/lingkungan hidup. Untuk melakukan semua tindakan tersebut diatas, diperlukan pemahaman menganai Istilah Agroteknologi, arti penting dari Agroteknologi dan hubungan Agroteknologi dengan pertanian berkelanjutan dan Agrolandscape. 

Agroekologi
Agroekologi merupakan ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk pertanian. Dalam penjabarannya, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup dirumah atau habitatnya. Penjelasan lain tentang ekologi menurut pendapat Warren et al. (2008:3) adalah sebagai berikut : “Ecologi as a science is about understanding why species occur where they do and why they are absent from other area”. Penjelasan dari Warren tersebut dapat diartikan bahwa ekologi sebagai ilmu adalah mengenai pemahaman tentang alasan mengapa suatu spesies berada di wilayah tertentu. Sedangkan definisi pertanian menurut Warren et al. (2008:2) sebuah proses domestifikasi yang merubah habitat alami dari spesies tanaman atau hewan tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan makanan manusia. Proses domestifikasi tersebut dapat berupa modifikasi ataupun seleksi. 

Pertanian Berkelanjutan
Di Indonesia, konseptual pertanian berkelanjutan tercantum pada UU no. 12 tahun 1992. Akan tetapi pengertian pertanian berkelanjutan masih belum begitu jelas secara implementasi. Namun secara umum, prinsip dari pertanian berkelanjutan  adalah praktek pertanian yang menggunakan prinsip dasar ekologi serta ilmu tentang hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Hal ini sama dengan penjelasan dari Wikipedia bahwa Sustainable agriculture is the practice of farming using principles of ecology, the study of relationships between organisms and their environment. Pertanian berkelanjutan juga telah didefinisikan sebagai sistem pertanian yang terintegrasi dari praktek produksi tumbuhan dan hewan yang secara spesifik akan bertahan dalam waktu yang lama. Aspek aspek pertanian berkelanjutan menurut Wikipedia salah satunya adalah Meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam dengan  mengacu kepada kebutuhan ekonomi pertanian. Disebut sebagai pertanian berkelanjutan menurut Serageldin (dalam http://ahmadnur09.blogspot.com) karena dalam pertanian tersebut memiliki kegiatan yang secara ekonomis, ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan. 
Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, dan penggunaan sumberdaya serta lnvestasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, mernelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity). Sementara itu, keberlanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pernbangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pernbangunan, mobilitas. sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pernberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembang an kelembagaan (http://ahmadnur09.blogspot.com). 

Agrolandscape
Sebelum mengetahui pengertian dari Agrolandscape, perlu adanya pemahaman dari pengertian  Ekologi dan Landscape. Hal tersebut  dikarenakan pertaian berhubungan erat dengan prinsip ekologi dalam pengaplikasiannya, seperti mengatur ukuran populasi dan hasil panen pada spesies yang didomestifikasi (Warren, 2008). Berdasarkan pengertian dari ekologi,  maka diketahui bahwa ekologi berhubungan dengan ruang dan skala (Warren, 2008). Ruang dalam hal ini adalah tempat dimana spesies tumbuh, dan  skala adalah besar  kecilnya sebuah wilayah. Dalam Kamus American Heritage, arti dari landscape adalah “The aspect of land characteristic of  a particular rergion”, yang dapat diartikan sebagai aspek dari karater suatu lahan pada sebuah wilayah tertentu. Maka dari  itu, pokok bahasan utama dari ekologi landscape adalah untuk memahami pengaruh pola dari beragamnya spesies yang ada dan proses yang terjadi pada landscape tersebut. Menurut Warren (2008),  spesies dari sebuah populasi akan saling berinteraksi dengan landscape yang mereka tinggali, dan kemungkinan hubungan tersebut menjadi faktor penting bagi keberlangsungan hidup spesies tersebut.
Dalam dunia pertanian, hubungan antara spesies dengan landscapenya merupakan hal yang  penting. Hal ini dikarenakan landscape dari lahan pertanian merupakan yang paling dinamis dari semua jenis landscape. Hal tersebut ditambah fakta bahwa pertanian merupakan kegiatan  yang berhubungan dengan mengatur populasi dari berbagai spesies, mendukung berberapa spesies  untuk tumbuh, dan mengeleminasi spesies yang tidak  diinginkan (Warren, 2008).

Pentingnya Mempelajari Agroekologi
 Secara umum, Fakultas Pertanian mempelajari ilmu-ilmu tentang tumbuhan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari faktor iklim, faktor tanah, faktor hama penyakit,dan faktor tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik terdiri atas tanah, air,  udara, kelembaban udara, angin, cahaya matahari, dan suhu. Sedangkan Komponen biotik terdiri dari organisme-organisme hidup di luar lingkungan abiotik (manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Masing-masing komponen tersebut, khususnya di bidang pertanian dalam skala ruang akan saling berkaitan secara fungsional membentuk suatu agroekosistem. Untuk memahami agroekosistem, yaitu interaksi dan keterkaitan komponen biotik  dan  abiotik khususnya hubungan tanaman pertanian dengan komponen tanah, kelembapan udara, presipitasi dan cahaya matahari, dibutuhkan sebuah disiplin ilmu yang bernama agroekologi. Hal tersebut sesuai dengan definisi agroekologi yaitu ilmu yang menerapkan prinsip ekologi. Lebih lanjut agroekologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari, merancang, dan mengolah agroekosistem.Maka dari  itu, mata  kuliah agroteknologi  penting dipeljari di fakultas pertanian dikarenakan agroekologi merupakan ilmu dasar untuk memahami, mempelajari, merancang, dan mengolah keterkaitan antara tanaman dengan komponen biotik dan abiotik disekitarnya, yang biasa disebut dengan istilah agroekosistem. 

Hubungan Agroekologi dengan Pertanian Berkelanjutan

Masalah Pertanian Modern
Pertanian yang bercirikan penanaman tanaman dan domestifikasi hewan oleh manusia telah berlangsung selama 10.000 tahun. Aktifitas pertanian dalam perkembangannya telah mengalami perubahan  beberapa  kali (Warren, 2008). Dalam periode perkembangan  tersebut, seleksi spesies yang telah  dilakukan manusia telah memproduksi berbagai  macam tanaman dan hewan yang  telah didomestifikasi. Namun demikian, adanya  pertanian  modern  menyebabkan  masalah baru, salah satunya adalah kurangnya lahan pertanan yang  cocok untuk produksi pertanian (agricultural production). Lahan yang cocok untuk pertanian memiliki ciri-ciri ketersediaan air tanah, kesuburan aalami tanah, serta jenis-jenis penyakit yaang ada. Produksi pertanian yang intensif seperti yang disebutkan diatas yang ditandai dengan  berubahnya menejemen pertanian dari low-intensive farming system menuju high-intensive farming  system. High-intensive farming  system ditandai dengan bertambahnya produksi, namun disisi lain, mingkatnya jumah pestisida dan pupuk buatan telah  memberikan dampak  negatif yang besar. Dampak tersebut antara lain adalah berubahnya pola panen, berkurangnya populasi mamalia, burung, invertebrata, dan spesien tumbuhan lain. Tantangan yang muncul kemudian adalah apakah kita sebagai manusia dapat mengeksploitasi ekologi dengan sistem pertanian intensif dan mengembangkan bentuk pertanian baru yang masih produktif namun tetap sesuai dan berkontribusi dalam hal menkonservasi keberagaman hayati. Hal tersebut beralasan dikarenakan menurut Warren (2008), Pertanian dan konservasi lingkungan untuk menjaga  keberagaman hayati bersifat berketegantungan. Lebih lanjut Warren mengatakan bahwa, pertanian membutuhkan “layanan” dari ekosistem seperti predator dan  serangga  penyerbuk, sedangkan konservasi spesies dan habitatnya (keberagaman hayati) sangat membutuhkan manajemen pertanian yang benar. Sebagai tambahan, pertanian bergantung pada keberagaman hayati untuk perkembangan atau adaptasi dari varietas batu tumbuhan untuk mengimbangi perkembangandari penyakit tanaman yang baru, serangga pengganggu, dan perubahan  iklim. Berdasarkan pernyataan pada paragraf-paragraf sebelumnya,  dapat diketahui bahwa pertanian pada masa mendatang membutuhkan pendekatan yang berbeda, yaitu sebuah pendekatan yang menekankan pada penyediaan suplai bahan pangan yang mencukupi, sekaligus meningkatkan konservasi lingkungan pertanian dengan lingkungan sekitar. Maka dari itu,beberapa dekade terakhir, muncul istilah sistem pertanian berkelanjutan, atau  lebih  dikenal dengan sustainable agriculture. Pada dasarnya, menurut  FOA, pertanian berkelanjutan adalah proses keterlibatan pengaturan sumberdaya pertanian untuk memuaskan kebutuhan manusia yang terus berubah serta tetap menjaga atau meningkatkan kualitas lingkungan dan konservasi sumber daya alam (ASA, 1995). 

Hubungan Antara Agroekologi dan Pertanian Berkelanjutan.
Kegiatan pertanian selalu berhubungan dengan faktor-faktor agroekologi, yang meliputi komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dalam agroekosistem. Warren (2008) mengatakan bahwa dalam banyak  sistem pertanian yang dikelola manusia,  Tanaman budidaya yang di tanam akan berinteraksi dengan ekologi disekitarnya. Mekanisme ekologi yang terjadi ditentukan  oleh komposisi tanaman  pertanian dan juga ditentukan oleh faktor abiotik seperti kimia tanah, iklim, dam manajemen atau pengolahan pertanian. Sehingga jelas terdapat keterkaitan antara Agroekologi dengan pertanian berkelanjutan, terlebih lagi pada pertanian modern.  Hal tersebut dikarenakan  prinsip prinsip Agroekologi berkaitan erat dengan masalah pertanian.

Lebih lanjut menurut (http://www.agroecology.org/), Agroekologi membahas tentang  “A whole-systems approach to agriculture and food systems development based on traditional knowledge, alternative agriculture, and local food system experiences, yang dapat diartikan sebagai kesatuan sistem yang berhubungan dengan pertanian dan berkembangan sistem pangan berdasarkan kearifan lokal, sistem pertanian  alternatif, dan pengalaman sistem pangan lokal.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya telah diketahui bahwa masa depan pertanian bergantung pada konservasi lingkungan. Hal tersebut senada  dengan pernyataan dari (Warren 2008) bahwa masa depan pertanian bergantung pada konservasi lingkungan dan begitu  juga sebaliknya, maka diperlukan adanya pendekatan pertanian yang berkelanjutan. Sehingga  dapat disimpulkan bahwa dalam pertanian modern,  agroekologi pertanian sangat bergantung dan memiliki  hubungan dengan Sustainable Agriculture atau pertanian berkelanjutan. Pentingnya hubungan antara Agroekologi dan pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) juga diungkapkan oleh Warren (2008) bahwa pertanian modern yang bersifat monokultur dan berkeanekaragaman hayati rendah membutuhkan pendekatan rasional mengenai konservasi yang harus beretika dan berorientasi jangka panjang, ketimbang berorientasi pada kebutuhan sesaat. 

Hubungan Agroekologi dan Agrolanscape
Kegiatan pertanian selalu berhubungan dengan faktor-faktor agroekologi, yang meliputi komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dalam agroekosistem. Warren (2008) mengatakan bahwa dalam banyak  sistem pertanian yang dikelola manusia,  Tanaman budidaya yang di tanam akan berinteraksi dengan ekologi disekitarnya. Mekanisme ekologi yang terjadi ditentukan  oleh komposisi tanaman  pertanian dan juga ditentukan oleh faktor abiotik seperti kimia tanah, iklim, dam manajemen atau pengolahan pertanian. Sedangkan Pokok bahasan utama dari ekologi landscape adalah untuk memahami pengaruh pola dari beragamnya spesies yang ada dan proses yang terjadi pada landscape tersebut. Spesies akan saling berinteraksi dengan landscape yang mereka tinggali, dan kemungkinan hubungan tersebut menjadi faktor penting bagi keberlangsungan hidup spesies tersebut.
Landscape mempunyai dua elemen penting, yaitu berhubungan dengan bagaimana lingkungan dapat berubah baik secara waktu maupun ruang, maupun apa dampak dari  perubahan  lingkungan tersebut dengan spesies tertentu.

Dalam  sebuah  ekosistem, ada berbagai  macam tipe spesies yang bisa  diklasifikasikan jika ditinjau  dari mobilitas dan tingkat kelahirannya. Spesies yang memiliki mobilitas tinggi lebih mudah terkolonisasi dari pada spesies yang tidak memiliki mobilitas tinggi. sedangkan spesies yang memiliki tingkat kelahiran yang rendah akan rentan terhadap landscape yang sering berubah-ubah, contohya adalah landscape pertanian. Dalam dunia pertanian, hubungan antara spesies dengan landscapenya merupakan hal yang  penting. Hal ini dikarenakan landscape dari lahan pertanian merupakan yang paling dinamis dari semua jenis landscape. Hal tersebut ditambah fakta bahwa pertanian merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mengatur populasi dari berbagai spesies, mendukung berberapa spesies  untuk tumbuh, dan mengeleminasi spesies yang tidak  diinginkan.

Namun demikian,beberapa spesies yang hidup di lingkungan pertanian dapat berkembang dengan baik  pada tempat tertentu,  namun tidak dapat berkembang baik pada tempat yang lain (Warren 2008:172). Maka dari itu, untuk memahami bagaimana hubungan antara populasi sebuah spesies baik yang dibutuhkan dalam pertanian maupun yang tidak dibutukan pada lahan pertanian (farmed environtment), maka diperlukan pemahaman mengenai  bagaimana lingkungan dapat berubah baik secara waktu maupun ruang, maupun apa dampak dari  perubahan  lingkungan tersebut dengan spesies tertentu.

Sehingga jalas diketahui hubungan antara agroekologi terhadap agrolandscape di bidang pertanian, keuntungan dengan adanya model landscape adalah mengenai kebijakan dalam penggunaan lahan. Lebih lanjut,adanya ilmu mengenai landscape dapat mempredikisi dampak buruk lingkungan, seperti perubahan populasi burung dikarenakan bertambahnya lahan tanah untuk ladang (arable land). Lebih detailnya, keuntungan dari adanya landscape adalah dapat digunakan sebagai simulasi bagi para petani untuk menentukan lahan yang cocok untuk produksi pertaniannya. Terlebih lagi, perkembangan landscape persawahan (farmed landscape), tidak hanya sebatas hubungan ekologi  sederhana antara komponen biotik dan abiotik semata, namun juga mencangkup hubungan holistik atau menyeluruh mengenai ekologi berupa suplai air murni, pencegahan banjir, penjagaan habitat alami, dan mendukung komunitas perkampungan. Pemahaman  yangbaru akan ilmu landscape khususnya dibidang ekologi  nantinya akan memberikan pandangan dan  kebijakan yang berbeda dalam penggunaan lahan.

Dalam lingkup persawahan, terjadi proses ekologi mengenai hewan, tumbuhan, nutrisi, pestisida residu, dan  lain  lain. Spesies yang hidup dalam lahan pertanian cenderung untuk memiliki mobilitas  tinggi dan kurang memiliki habitat yang spesifik jika dibandingkan dengan spesise yang hidup di alam bebas. Tipikal dari Agro-landscape (agricultural landscape) adalah dibangun  dari  beberapa   petak kecil habitat semi-alami.Lebih lanjut Warren (2008) mengatakan bahwa pada pada tatanan landscape ekologi pertanian (agricultural landscape), spesies yang mempunyai tingkat kelahiran  yang rendah  akan rentan terhadap  kepunahan dimana kegiatan pertanian secara umum mengganggu habitat spesies tertentu. Maka dari itu, kemampuan populasi untuk mengembalikan keadaan populasi seperti semula setelah gangguan dari kegiatan pertanian menjadi perang penting dalam kondisi landscape lahan pertanian yang dinamis. Pertanian berswawasan agrolansclape diperlukan  beberapa spesies  dominan yang bertanggung  jawab  atas produksi biomassa dan kedatangan  spesies tambahan memeberikan  pengaruh  yang tidak signifikan untuk  stabilitas produksi dan  komunitas.

Komentar

Postingan Populer